Tata Cara Upacara Panggih Adat Jogja

Setelah sebelumnya kami sudah menjelaskan mengenai tata cara upacara panggih adat solo, kali ini kami akan mencoba menjabarkan mengenai tata cara upacara panggih adat jogja. Meskipun sama-sama berada di Jawa Tengah namun panggih adat Solo dan Jogja terdapat beberapa perbedaan. Panggih menggunakan adat Jogja lebih sederhana dan lebih cepat daripada panggih menggunakan adat Solo. Selain itu dalam panggih adat Jogja perias dari pengantin wanita lebih banyak berperan sebagai dukun panggih atau yang menuntun jalannya panggih tersebut.

Baca Juga : Tata Cara Upacara Panggih Adat Solo

Berikut urutan serta makna dari panggih adat jogja

Penyerahan Sanggan

Sama seperti pada panggih adat Solo, hal pertama yang dilakukan pada saat sebelum prosesi dilaksanakan adalah penyerahan pisang sanggan dari pihak pengantin pria kepada pihak pengantin wanita. Sanggan atau yang bisa berarti menyangga atau dikenal sebagai tebusan untuk menebus pengantin wanita dari keluarganya. Sanggan sendiri terdiri atas satu tangkep buah pisang raja, suruh ayugambirkembang telon dan lawe wenang. Pisang raja yang bermakna pengharapan akan pengantin akan memiliki sikap wibawa seperti raja. Suruh ayu yang berarti daun sirih yang cantik yang bermakna ketika sudah menjadi pengantin hendaknya terlihat segar dan menarik. Gambir yang merupakan kelengkapan menginang supaya terasa lebih mantab yang bermakna kemantaban bagi seorang yang akan menikah berarti sudah mantab dengan pilihannya. Kembang telon yang terdiri atas bunga mawar, melati dan kantil. Dipilihnya ketiga bunga tersebut karena ketiga bunga tersebut adalah raja ditaman. Nama bunga tersebut apabila dikeratabasakan menjadi “Apa kang binawar (mawar) saking kedaling lathi (melati) bisa kumanthil (kantil) ing wardaya”. Yang artinya “Apa yang dinasihatkan oleh orang tua hendaknya sealu diingat oleh calon mempelai”. Lawe wenang digunakan untuk mengikat lintingan daun sirih, yang berarti ikatan pernikahan, dipilih benang berwarna putih yang melambangkan kesucian.

Kepyok Kembar Mayang

Berbeda dengan panggih adat Solo, pada panggih adat Jogja kembar mayang dari pihak pengantin wanita tidak ditukar dengan kembar mayang dari pihak mempelai pria namun dengan cara dikepyokkan atau disentuhkan kepada mempelai pria kemudian kembar mayang dietakkan di luar atau dibuang. Kepyok kembar mayang ini bermakna ingin membuang sial yang dibawa oleh pengantin pria agar tidak terbawa setelah menikah nantinya.

Perbedaan lainnya yakni pada pembawa kembar mayang. Pada panggih adat solo, pembawa kembar mayang terdiri atas dua jejaka dari pengantin pria serta dua gadis dari pengantin wanita, namun pada panggih adat Jogja pembawa kembar mayang dibawa oleh wanita yang sudah menikah dan dituakan misalkan budhe atau bibi.

Baca Juga : Perbedaan Pernikahan Adat Solo dan Jogja 

Balangan Gantal

Gantal merupakan daun sirih yang diisi dengan kapur sirih kemudian diikat dengan benang berjumlah sebanyak tujuh buah, empat ikat dibawa oleh pengantin pria sedangkan tiga lainnya dibawa oleh pihak pengantin wanita. Gantal yang nantinya akan dilempar secara bergantian melambangkan ikatan serta kejernihan pikiran serta awal perkenalan pertama antara calon suami dan calon istri.

Wijikan dan Mecah Telur (Wiji Dadi)

Prosesi selanjutnya adalah pengantin wanita mencuci kaki dari pengantin pria yang melambangkan pengabdian istri kepada suami. Setelah mencuci kaki pengantin pria pengantin wanita berdiri berhadapan dengan pengantin pria kemudian juru rias atau juru paes mengambil telur ayam untuk disentuhkan kepada dahi pengantin lalu dipecahkan diatas baki tempat mencuci kaki. Cara memecah telur ini berbeda dengan adat Solo dimana pada adat solo yang memecahkan telur adalah pengantin pria sendiri dengan cara menginjaknya.

Bergandengan Jari kelingking menuju pelaminan

Pada panggih Solo pengantin diantarkan ke pelaminan oleh Bapak dan Ibu pengantin putri menggunakan selembar kain, pada panggih adat Jogja kedua pengantin saling berkaitan jari kelingking. Pengantin wanita berada disebelah kiri pengantin pria, kemudian kelingking kanan pengantin wanita dikatikan pada kelingking kiri pengantin pria. Bergandengan jari kelingking ini melambangkan hubungan dengan orang tua tinggal sedikit. Karena setelah ini pengantin wanita tidak lagi menjadi tanggung jawab orang tua melainkan akan menjadi tanggung jawab seorang suami.

Tampa Kaya

Seperti kacar kucur pada panggih adat solo, Tampa Kaya atau lambang harta yang berisi biji-bijian, serta uang logam ini adalah perlambangan seorang suami memberikan nafkah kepada istri sedangkan sang istri harus pandai-pandai dalam mengatur nafkah yang sudah diberikan oleh sang suami. Diusahakan isi yang dituangkan oleh suami jangan sampai tercecer karena isi yang tercecer melambangkan sifat yang boros. Selanjutnya “lambang harta” tersebut diikat dan diserahkan kepada ibu pengantin putri yang bermakna sebagai bakti seorang anak kepada orang tua yang memberi pada apabila orang tua membutuhkan.

Dahar Klimah

Perbedaan lainnya antara panggih adat solo dengan panggih adat jogja adalah Dahar Klimah, dimana pada prosesi ini pengantin pria membuat nasi yang dikepal sebanyak tiga kepal untuk dimakan oleh istrinya. Berbeda dengan panggih adat solo dimana kedua mempelai saling menyuapkan makanan.

Mapag Besan

Seperti pada panggih adat solo, Orang tua pengantin wanita menjemput (Mapag) besan atau orang tua pengantin pria. Prosesi ini melambangkan kerukunan antara kedua belah keluarga

Sungkeman

Tidak berbeda dengan prosesi panggih adat solo, puncak panggih adat adalah sungkeman yang melambangkan tanda bakti anak terhadap kedua orang tua yang telah mendidik serta membesarkan

hingga siap untuk membina rumah tangga sendiri. Pada prosesi ini adalah prosesi yang sangat mengharukan karena pada saat itu kedua pengantin mengucapkan rasa terima kasihnya serta permohonan maaf atas segala kesalahan yang telah dilakukannya. Sebelum sungkeman dilakukan, pengantin pria meletakkan keris yang dipakainya, keris yang melambangkan kekuatan harus diletakkan karena setinggi atau sekuat apapun pangkat dan jabatan apabila dihadapan orang tua hanyalah sebagai anak.

Demikian tata cara upacara panggih adat Jogja yang ringkas namun banyak makna yang terkandung didalamnya.

Kami Halo Jiva Wedding Organizer yang berpengalaman dalam menangani wedding tradisional maupun modern siap membantu anda dalam mewujudkan pernikahan impian anda karena kami sadar pernikahan adalah awal dari sebuah hidup yang baru, karena itu kami akan membantu membuatnya menjadi lebih indah dan berkesan. Hubungi kami sekarang juga! You Dream it, We Made it

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *